Pendiam di depan publik, namun suaranya paling keras dalam gerak kerja yang menjaga Rumah Komunitas tetap hidup dan bertumbuh.
Di lantai dua Rumah Komunitas, tepat di sudut dekat jendela, ada sebuah meja yang tak pernah benar-benar sepi. Di sanalah Andi Rohandi duduk setiap pagi—laki-laki berkacamata yang selalu tampak tenang, sesekali menyesap udara sebelum kembali menatap layar laptopnya. Tak banyak obrolan darinya, tidak juga komentar panjang; yang terdengar hanyalah suara halus keyboard dan sesekali notifikasi digital yang menjadi tanda bahwa pekerjaannya terus bergerak.
Andi bukan tipe orang yang menonjol di tengah keramaian. Ia lebih memilih menjadi arus yang menggerakkan, bukan ombak yang terlihat di permukaan. Namun justru dari balik layar itulah kontribusinya terasa paling kuat. Lewat kerja digital marketing yang ia bangun perlahan, Rumah Komunitas mampu mencapai omzet hingga 1 miliar dalam satu bulan—pencapaian yang bagi sebagian orang mungkin tampak besar, namun bagi Andi itu adalah hasil dari kerja tim yang saling percaya.
Sebelum aktivitas dimulai, Andi selalu mengecek program konvergensi, memastikan tidak ada gangguan teknis yang menghambat tim CS, tim konten, ataupun jalannya produksi. Ketelitian itu yang membuat ruang kerja tetap stabil, alur pesanan tetap mengalir, dan komunikasi dengan konsumen berjalan mulus.
Meski pendiam, Andi adalah sosok yang penuh makna. Ia tak banyak bicara pada publik, tetapi ia hadir setiap kali Rumah Komunitas membutuhkan solusi. Ketika ada kendala di sistem, ia yang datang. Ketika data penjualan perlu dianalisis, ia yang mengerjakan. Ketika tim bingung menentukan strategi, Andi yang duduk paling lama, memastikan arahnya tepat.
"Tidak ada suara keras dari dirinya. Tidak ada sorotan yang ia cari".
Namun setiap orang di Rumah Komunitas tahu bahwa keberadaannya menghidupkan banyak hal: keuangan perusahaan, ritme kerja, bahkan suasana santai yang sering terbangun dari obrolan singkat di sela-sela aktivitas.
Ia menghargai siapa pun yang ditemuinya—dengan sopan, dengan etika, dengan empati yang jarang terlihat namun selalu terasa. Sikap itu membuatnya dicintai bukan hanya sebagai rekan kerja, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar Rumah Komunitas.
Bagi sebagian orang, Andi hanya seorang digital marketer dan programer. Namun bagi Rumah Komunitas, ia adalah penjaga denyut digital yang membuat ruang kreatif itu terus bergerak menuju kemandirian. Ia hadir ketika perusahaan tumbuh, hadir ketika tantangan muncul, hadir dalam diam ketika perjalanan menuju hidup merdeka itu membutuhkan tenaga ekstra.
Ia mungkin tak banyak bicara. Namun langkahnya, ide-idenya, dan tangannya yang bekerja tanpa banyak suara itulah yang membuat Rumah Komunitas tetap hidup—dan berkembang dengan ridho Sang Pencipta.
Andi Rohandi bukan pahlawan yang ingin dikenal. Ia hanya ingin bekerja dengan baik. Dan kadang, justru dari kesunyian seperti itulah Rumah Komunitas menemukan nyala yang paling terang serupa hangatnya matahari (Vick/15/11/2025)