PELOPOR MERCHANDISE INOVATIF DI INDONESIA PELOPOR MERCHANDISE INOVATIF DI INDONESIA

Dari Gerobak Batagor ke Panggung Literasi: Asep Ardian dan Kisah Nama “Kajojo” yang Tak Pernah Ia Lupakan

Bagikan:
Dari Gerobak Batagor ke Panggung Literasi: Asep Ardian dan Kisah Nama “Kajojo” yang Tak Pernah Ia Lupakan

“Kajojo” lahir dari kenangan, karya lahir dari kegelisahan—perjalanan seorang penjual batagor menuju panggung literasi dan seni

BANDUNG, 3/12/2025 — Di sebuah sudut jalan di Perumahan Wartawan Baleendah Kab. Bandung, Asep Ardian mengaduk adonan batagor sambil menunggu pembeli. Tak banyak yang tahu, dari balik wajan sederhana itu, ia menyimpan kisah yang membuat banyak orang berhenti sejenak: seorang tukang batagor yang kini menjadi penulis dan pelukis dengan karya yang menembus nominasi nasional.

Semua bermula dari seorang kakek pelanggan setia. Suatu hari, kakek itu kebingungan menyebut batagor Asep yang belum punya nama. Dengan polos ia berkata, “Sudah, namanya Kajojo saja.” Asep tertawa kala itu, tak tahu bahwa sebulan kemudian kakek tersebut meninggal dunia. Sejak hari itu, “Kajojo” bukan sekadar nama usaha, melainkan kenangan yang ia jaga.

Usaha kecil itu ia bangun bersama ayahnya, dua orang tanpa latar belakang bisnis—hanya dua pekerja yang lelah menjadi buruh. Kini, batagor Kajojo sudah memiliki empat cabang, dengan konsep yang unik menggugah rasa.

Namun kehidupan Asep tidak berhenti pada wajan panas. Sambil menunggu pembeli, ia rutin membaca hingga berjam-jam. Dari kebiasaan itu tumbuh keresahan mendalam tentang kerusakan laut. Lima tahun ia menulis diam-diam, menumpahkan kegelisahan itu dalam buku berjudul Oni Jouska. Buku yang ia pasarkan sendiri itu ludes terjual dan masuk nominasi karya terbaik nasional Shortlist Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 —prestasi yang membuat banyak orang terkejut saat mengetahui ia seorang tukang batagor.

Perjalanan karyanya tak berhenti di sana. Karena tidak puas dengan ilustrasi bukunya, Asep belajar menggambar sendiri. Kini ia juga melukis, dengan tema-tema yang banyak berbicara tentang laut dan kehidupan.

Di tengah kesibukan mengelola beberapa cabang batagor, Asep tetap menulis, menggambar, dan bermimpi.Baginya, karya adalah bentuk kemerdekaan pribadi.

“Karya tidak akan pernah mati. Ia tetap hidup selama ada satu orang yang merasakannya,” katanya pelan.

Dari sebuah gerobak kecil, Asep Ardian membuktikan bahwa mimpi bisa tumbuh di tempat paling sederhana—asal seseorang berani menjaga nyala jiwa merdeka dalam dirinya (Vick/3/12/2025). 

Artikel Populer
Merchandise Terlaris
🎨Gratis custom untuk komunitas, perushaaan, organisasi, sekolah ataupun pribadi
Chat WA
Home Cari Login Keranjang WhatsApp Menu