“Di tengah malam Bandung, senyum Pa Mordin bercerita lebih dari kata-kata—tentang lelah, rindu, dan doa yang tulus dari Tanah Suci.”
Jumat malam itu, pukul 23:47 WIB, Pa Mordin akhirnya tiba di Rumah Komunitas jln Taman Cibaduyut Indah 2 Kab. Bandung. Wajahnya terlihat lelah, tapi senyum lebar tak pernah hilang. Seolah lelah setelah penerbangan dari Jeddah ke Jakarta sirna begitu ia menapakkan kaki di rumah yang terasa hangat ini.
Begitu sampai, Pa Mordin langsung disambut ramah oleh keluarga Rumah Komunitas. Ada sapaan, ada canda ringan, dan yang paling terlihat adalah kehangatan yang membuat semua lelah seakan menguap. Dengan mata berbinar, Pa Mordin mulai menceritakan pengalamannya menunaikan umroh. Ia berbicara pelan, sesekali tersenyum, dan menutup ceritanya dengan harapan bisa kembali menunaikan ibadah jika diizinkan Tuhan.
Malam itu kisahnya tak panjang, karena Pa Mordin harus melanjutkan perjalanan pulang ke Garut. Di sana, keluarga sudah menunggunya dengan beragam hidangan khas Garut yang siap disantap. Meski singkat, pertemuan itu sarat makna. Pa Mordin pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Rumah Komunitas, khususnya Kang Ariep, sang founder, yang membuka kesempatan bagi para karyawan menunaikan umroh setiap tahunnya.
Kang Ariep menanggapi dengan hangat, “Terharu ya. Alhamdulillah Rumah Komunitas bisa memberikan hadiah umroh buat Pa Mordin. Doakan semoga teman-teman di sini bisa menyusul.”
Di Rumah Komunitas, tradisi memberikan hadiah umroh bukan sekadar formalitas. Ini adalah cara mereka menunjukkan kepedulian, penghargaan, dan membangun ikatan emosional yang hangat—seperti keluarga besar yang saling menyayangi dan mendukung.
Saat Pa Mordin meninggalkan rumah komunitas malam itu, senyum hangatnya tetap tertinggal di setiap sudut. Bagi siapa pun yang menyaksikan, senyum itu menjadi pengingat sederhana: perhatian tulus dan rasa syukur mampu menciptakan kebahagiaan yang mendalam, meski datang dalam bentuk momen kecil yang menyenangkan (Vick/22/11/2025).