* Warna yang tampil di layar dapat berbeda sekitar ±5% dari produk fisik.
Jaga bumi dengan cara yang lebih sederhana : merawat tanah, menyiram secukupnya, dan menjaganya dengan hangat.
Di belakang rumah, Lila menemukan tanah yang tampak sepi—retak seperti permukaan yang kehilangan harapan. Saat ia meraba permukaannya, sesuatu yang lembut menyentuh hatinya.
“Lila…” bisik tanah itu, lirih seperti seseorang yang memanggil untuk terakhir kalinya.
“Aku ingin hidup… tapi aku tak bisa sendiri.”
Suara itu begitu rapuh hingga membuat dada Lila terasa sesak.
Ia tidak menjawab dengan kata-kata—hanya menanam biji-biji kecil di atasnya, satu per satu, dengan tangan yang bergetar halus.
Ia menyiram secukupnya, memberi kompos dari daun kering, dan setiap hari duduk di sampingnya, seakan menemani seorang teman yang sedang berjuang untuk kembali bernapas.
Minggu berlalu. Di hari yang hampir ia menyerah, sebuah tunas kecil muncul.
Kecil sekali, tapi hijau yang berani.
Tanah itu berbisik kembali, namun kali ini suaranya hangat.
“Terima kasih, Lila. Kau memberiku kesempatan kedua.”
Lila menyentuh tunas itu, dan di detik itu ia sadar:
Jika sepetak tanah saja bisa hidup kembali dengan sedikit perhatian, bagaimana dengan bumi yang jauh lebih luas?
Ia menatap tanah itu seperti menatap seseorang yang akhirnya bangun dari tidur panjang.
“Aku tidak akan berhenti merawatmu,” katanya. “Dan aku berharap… orang lain juga mau melakukan hal yang sama.”
Tunas itu bergoyang lembut, seolah mengangguk.
Dan bagi siapa pun yang melihatnya, kehadiran tunas kecil itu seperti bisikan baru—undangan halus agar kita ikut menanam, merawat, dan memberi kehidupan kembali pada tanah yang selama ini hanya menunggu untuk disentuh dengan lembut (Vick/21/11/2025).