PELOPOR MERCHANDISE INOVATIF DI INDONESIA PELOPOR MERCHANDISE INOVATIF DI INDONESIA

Ku Katakan Cinta dengan Point Vest

Bagikan:

Cerpen: Rumah Komunitas. Kadang Tuhan menulis kisah cinta bukan dengan tinta merah muda, tapi dengan air mata dan kesabaran. Dari sebuah rompi sederhana, Herman belajar bahwa cinta sejati bukan untuk dimiliki, tapi untuk diridhoi.

Sore itu hujan turun dengan rintik yang ringkih, seolah menggambarkan isi hati Herman. Lelaki itu berjalan cepat di antara genangan air menuju rumah seorang perempuan yang diam-diam ia kagumi selama dua tahun empat bulan terakhir.

Namanya Natasya Nur Sulaiman — perempuan berhijab, lembut, dan taat agama. Ia dikenal sebagai aktivis kemanusiaan yang memegang prinsip: “Cinta harus bermuara pada pernikahan, bukan permainan perasaan.” Prinsip itulah yang membuat Herman menahan diri selama ini. Ia takut salah langkah, takut perasaannya justru merusak kedamaian yang sudah ada.

Herman bukan siapa-siapa. Sehari-hari ia bekerja sebagai penjahit di sebuah konveksi. Dari Senin hingga Sabtu, ia memulai hari sejak pagi hingga larut malam. Di sela-sela waktu istirahat, ia terus belajar tentang manajemen produksi dan pemasaran. Semua itu ia lakukan bukan hanya demi karier, tetapi juga demi menyembuhkan luka lama — luka karena dikhianati, tiga bulan sebelum hari pernikahannya dulu.

Namun Tuhan punya cara yang indah untuk mengubah duka menjadi daya. Herman bangkit, bertekad menjadi lelaki yang sukses, bukan demi balas dendam, melainkan untuk membuktikan bahwa luka bisa menjadi bahan bakar bagi perubahan.

Di tengah perjalanan hidupnya, ada satu nama yang selalu hadir di layar ponselnya — Natasya. Dari sekadar sapaan ringan di media sosial, menjadi tempat Herman mencurahkan perasaan, berbagi doa, dan saling menguatkan. Dua tahun mereka bertukar kabar tanpa pernah sekalipun membahas cinta, namun keduanya tahu, ada sesuatu yang tumbuh diam-diam.

Suatu hari, Herman mendapat ide sederhana namun penuh makna. Ia membuat rompi khusus, di dada kanan bertuliskan nama “Natasya Binti Sulaiman”, dan di punggung bertuliskan: “Menikahlah denganku.”

Rompi itu ia beri nama Point Vest, karena menurutnya, setiap titik pada jahitan memiliki makna — seperti perjalanan cintanya yang penuh titik-titik sabar dan doa.

Ketika rompi itu ia serahkan pada Natasya, hujan kembali turun. Ia menatap mata perempuan itu dengan tenang dan berkata,

“Ku katakan cinta dengan Point Vest. Maukah engkau jadi istri terbaikku?”

Air mata Natasya jatuh, bukan karena terkejut, melainkan karena hatinya yakin. Baginya, cinta yang tumbuh dari kesabaran dan keikhlasan adalah cinta yang diridhoi. Dan sore itu, di bawah langit yang lembut, dua insan yang saling menyembuhkan akhirnya menemukan rumah dalam doa yang sama (vick/12/11/2025).

Artikel Populer
Merchandise Terlaris
🎨Gratis custom untuk komunitas, perushaaan, organisasi, sekolah ataupun pribadi
Chat WA
Home Cari Login Keranjang WhatsApp Menu