Ketika teknologi semakin canggih, Rumah Komunitas justru memilih cara paling sederhana—mengobrol dari hati ke hati.
Di tengah ramainya transaksi digital lewat Shopee, Tokopedia, Instagram, hingga TikTok Shop, Rumah Komunitas memilih jalur yang tak biasa. Produsen custom jaket, rompi, celana, dan tas ini memusatkan komunikasi dengan konsumen melalui WhatsApp. Satu klik dari website mereka, konsumen langsung terhubung dengan customer service yang siap melayani secara personal.
“Kami ingin membangun nilai trusting yang lebih kuat. Lebih dekat, lebih nyaman, dan lebih asik aja kalau ngobrol lewat WhatsApp,” ujar Adi Kurniawan, selaku MPR Rumah Komunitas.
Romantisnya Komunikasi Digital yang Personal. Dalam dunia yang serba otomatis, kehadiran WhatsApp memberi nuansa yang lebih manusiawi. Rumah Komunitas percaya bahwa produk custom selalu memiliki cerita. Karena itu, percakapan hangat dianggap lebih penting daripada sekadar fitur checkout.
Setiap detail seperti ukuran, bahan, hingga desain bisa dibahas santai, seolah dua sahabat sedang merancang pakaian bersama. “Kami ingin hubungan emosional yang friendly. Intinya membangun kepercayaan baik di mata konsumen,” tambah Adi Kurniawan.
Rumah Komunitas menempatkan kejujuran sebagai pondasi nilai utama. Bagi mereka, konsumen bukan hanya pembeli, tetapi teman yang perlu dilayani dengan hati. Transaksi bukan titik akhir, tetapi pintu pembuka silaturahmi yang lebih luas.“Dalam bisnis ini, yang utama adalah kejujuran. Kami ingin hubungan yang komunikatif, terbuka, dan baik dengan pelanggan,” ujar Indah selaku CRM Rumah Komunitas.
WhatsApp, Jembatan Emosional di Era Serbadigital. Keputusan Rumah Komunitas mengutamakan WhatsApp membuktikan bahwa sentuhan manusia tetap jadi bagian penting dari teknologi. Ketika brand lain mengejar algoritma, mereka justru memilih membangun relasi yang hangat, dekat, dan penuh empati. Lewat percakapan sederhana, Rumah Komunitas berhasil meraih bukan hanya pesanan costum—tapi juga hati pelanggan yang lebih merdeka (Vick/15/11/2025)