Dunia fashion sedang berubah—bukan lagi soal siapa paling glamor, tapi siapa paling jujur dalam bergaya. Rumah Komunitas menciptakan merdeka untuk diri sendiri: Setiap pakaian yang di costum bercerita tentang cinta, dan masa depan yang lebih baik
Bandung — Siang itu, suara mesin jahit bercampur dengan tawa muda terdengar di sebuah rumah di kawasan Taman Cibaduyut Indah 2 Blok B2 No. 71A, RT.004/RW.004, Cangkuang Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40238. Di atas meja, potongan kain warna-warni berserakan, beberapa bahan Columbia WP warna-warni berdiri tegak seperti barisan tentara yang siap beraksi. Di dinding, terpajang rompi dan jaket dengan logo buatan tangan: “Rumah Komunitas.” Rumah itu bukan butik besar, ataupun garmen. Bukan juga studio desainer terkenal. Tapi dari rumah komunitas inilah, menenun mimpi baru — tentang fashion yang personal, sadar lingkungan, dan penuh makna.
1. Ketika Gaya Bukan Lagi Sekadar Tren
Bagi mereka, fashion bukan cuma soal apa yang dipakai, tapi cerita yang dibawa di baliknya. “Dulu kita semua hanya berkumpul saja, tanpa ada kepikiran menciptakan bisnis yang dapat menciptakan kemandirian komunitas,” kata kang Ariep (40), penggagas Rumah Komunitas. “Sekarang kita bikin ekonomi mandiri dengan konsep PO Costum sendiri, pakai nama sendiri, sablon sendiri, dengan gratis sablon logo dan tulisannya, karena setiap pakaian itu bagian dari siapa diri kita.”
2. Custom: Gaya Baru yang Lebih Dekat dengan Hati
Gerakan custom fashion ini lahir dari keresahan sederhana: produk massal membuat semua orang terlihat sama. Anak muda di Bandung ingin sebaliknya — gaya yang unik, autentik, dan punya nilai.
3. Di Rumah Komunitas, Memproduksi segala Macam Produk
Jaket yang banyak modelnya, kemeja dengan bordir tangan, tas sling berbahan daur ulang, sandal berbahan tali webbing, sampai jas hujan ringan yang bisa dilipat jadi tas kecil. Semua bisa dicustom — mulai dari warna, logo, sampai tulisan pribadi. Hasilnya, setiap produk lahir seperti cerita baru. Nggak ada dua jaket yang benar-benar sama. Setiap sablon, setiap jahitan, membawa identitas si pembuat dan pemakainya.
4. Gaya Membumi, Cerita yang Mengakar
Rumah Komunitas mulai dikenal di media sosial, seperti Instagram, website, shopee, Toko Pedia, dan lain sebagainya di costum oleh perusahaan, intansi, komunitas, pendaki, musisi, sport, sampai mahasiswa di berbagai kota.
Yang membuatnya istimewa bukan jumlah penjualan, tapi rasa keterhubungan antara costumer service dengan konsumennya. Ada kehangatan di balik setiap costum model produk — sesuatu yang jarang ditemui di dunia fashion industri di dunia konvergensi.
Menjelang senja, ruang itu kembali tenang. Beberapa penjahit masih duduk di depan mesin jahit, menyelesaikan rompi terakhir hari itu. Di luar, langit Bandung berwarna jingga lembut. Itulah semangat Rumah Komunitas, yang menganggap fashion sejati bukan tentang merek, tapi tentang manusia di baliknya. Tentang tangan yang bekerja, ide yang tumbuh, dan cinta yang dijahit di tiap benang (vick/11/11/2025)