Dari lirik sampai hidup sehari-hari, Panji Sakti selalu melibatkan Sang Pencipta dalam setiap langkah dan ciptaannya.
Sore itu, suasana studio Podcast Rumah Komunitas terasa hangat dan santai. Panji Sakti, musisi yang dikenal dengan lirik-liriknya yang menyentuh, duduk santai sambil menceritakan perjalanan hidupnya.
Yang membuat Panji berbeda dari musisi kebanyakan adalah hubungannya dengan Sang Pencipta. Setiap lirik, setiap nada, bahkan rutinitas sehari-hari selalu ia mulai dengan doa, dari hal sederhana — makan, mandi, berinteraksi dengan pasangan, dan anaknya — hingga proses kreatif menciptakan lagu, semuanya selalu meminta keridhoan Allah.
“Kalau hidup saya lepas dari dia (Alloh SWT), rasanya kosong. Musik saya itu bagian dari doa juga,” ujar Panji.
Salah satu contoh nyata adalah lagu “Tanpa Aku”. Ia menulis lagu ini dalam waktu kurang dari lima menit, tapi pesan dan emosinya langsung kuat, sederhana namun mendalam. Lagu ini menjadi favorit banyak pendengar karena bisa menyentuh hati siapapun, terlepas dari status atau agama.
Namun, tidak semua lagu bisa dibawakan sendiri. Panji bercerita tentang “Dia Menunggu”, lagu yang terlalu emosional baginya. Akhirnya, ia berkolaborasi dengan Egha De Latoya, menghasilkan versi yang berbeda namun tetap menyentuh, menambah dimensi baru pada musiknya.
Podcast ini bukan sekadar ruang berbagi cerita, tapi menggambarkan filosofi hidup Panji Sakti: musik sebagai medium untuk menyebarkan energi positif, spiritualitas, dan cinta universal. Ia ingin pendengar merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta tanpa paksaan, hanya melalui getaran musik.
“Musik itu bisa universal. Kalau hati kita terbuka, siapa pun bisa menikmati dan merasakan pesan di dalamnya,” katanya sambil tersenyum.
Di dunia yang serba cepat ini, Panji Sakti mengingatkan anak muda bahwa spiritualitas bisa jadi bagian alami dari hidup sehari-hari, dan musik bisa menjadi media menyebarkan ketenangan dan cinta kepada semua orang (Vick/6/11/2025)