Di balik kemudahan belanja online, pelaku UMKM merasakan tantangan baru. Rumah Komunitas hadir mengajak para pelaku usaha membangun pasar mandiri melalui program “UMKM Merdeka #1”.
Bandung (8/12/2025) Kemudahan belanja online yang ditawarkan e-commerce besar telah menciptakan era baru dalam perilaku konsumsi masyarakat. Promo gratis ongkir, potongan harga besar-besaran, hingga pilihan pembayaran yang fleksibel membuat belanja online terasa hampir tanpa hambatan.
Namun, menurut sejumlah pelaku UMKM yang ditemui Rumah Komunitas, kenyamanan tersebut membawa konsekuensi yang tidak selalu terlihat. Banyak pelaku usaha kecil mengaku mulai bergantung pada sistem e-commerce, di mana kebijakan platform sering kali berubah tanpa mereka bisa terlibat dalam proses penentuannya.
“UMKM masuk karena ingin berkembang, tapi lama-lama mereka merasa tidak punya ruang untuk mengatur harga, strategi, atau bahkan data pelanggannya sendiri,” ujar Kang Ariep, Founder Rumah Komunitas.
Ia menilai bahwa dominasi platform besar membuat persaingan menjadi tidak seimbang. UMKM terdorong masuk karena pasar berada di sana, namun dalam prosesnya, sebagian dari mereka merasa semakin sulit lepas dari pola promo dan aturan yang ditetapkan platform.
“Shopee, Tokped, dan lain sebagainya memang memudahkan masyarakat, dan itu tidak bisa kita pungkiri,” lanjutnya. “Tapi kita juga perlu jujur bahwa ketika semua aktivitas ekonomi hanya berputar di satu aplikasi, kemandirian lokal bisa tergerus. Hubungan produsen–konsumen yang dulunya dekat, sekarang terputus oleh sistem.”
Berangkat dari keresahan itu, Kang Ariep bersama timnya membangun Rumah Komunitas, sebuah platform sosial yang mendorong UMKM untuk kembali mengelola pasarnya sendiri. Bukan dengan menolak digitalisasi, tetapi mengembalikan kendali kepada pelaku usaha.
Melalui Program Pelatihan & Sosialisasi Website Toko Online “UMKM Merdeka #1”, Rumah Komunitas mengajarkan UMKM: Membuat website toko online mandiri. Menggunakan WhatsApp sebagai media transaksi langsung. Mengenal kembali pelanggannya secara personal. Membangun ekosistem ekonomi lokal tanpa ketergantungan pada platform besar. Memasarkan produk dengan lebih berdaulat.
“Tujuan kami sederhana,” kata Kang Ariep. “UMKM harus punya pilihan. Mereka berhak mandiri, berhak punya pasar sendiri, dan berhak tidak sepenuhnya dikontrol oleh algoritma atau promo dari perusahaan besar.”
Rumah Komunitas percaya bahwa penguatan ekonomi lokal hanya bisa terjadi jika hubungan antara UMKM dan masyarakat kembali terhubung secara langsung. Tanpa dominasi satu platform tertentu, harga bisa lebih sehat, kreativitas UMKM lebih bebas, dan konsumen bisa mengenal kembali produk asli dari daerah mereka.
“Ini bukan soal anti terhadap e-commerce,” tegas Kang Ariep. “Ini soal keberanian UMKM untuk memiliki ruang sendiri. Ruang di mana mereka bisa tumbuh merdeka tanpa merasa ditekan oleh aturan yang berubah-ubah.”
Program ini menjadi salah satu upaya nyata dalam mengedukasi pelaku usaha agar tidak hanya menjadi pengguna platform, tetapi pemilik platform mereka sendiri — meskipun skalanya kecil, tapi merdeka.
Di balik kilau promo dan kenyamanan digital, ada cerita pelaku UMKM yang tengah mencari ruang untuk tetap hidup dan berkembang. Rumah Komunitas hadir memberikan alternatif itu — sebuah gerakan kecil namun berarti, yang mengajak UMKM Indonesia kembali berdaulat dalam memasarkan produknya (Vick/8/12/2025).