Dari ruang terpisah menjadi satu keluarga besar, Rumah Komunitas kini tumbuh sebagai wadah kreatif yang menyatukan kerja, karya, dan kebersamaan di bawah satu atap.
Rabu pagi itu, matahari bersinar cerah di kawasan Perumahan Taman Cibaduyut Indah TCI 2. Jl. Taman Cibaduyut Indah No.71A 2 Blok B2 No, RT.004/RW.004, Cangkuang Wetan, Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Di sebuah bangunan empat lantai yang tampak hidup dengan aktivitas, suara mesin jahit berpadu dengan musik, dan tawa ringan para pekerja. Di sinilah Rumah Komunitas bernaung — tempat yang dulu kantor dan konveksinya terpisah antara Holis dan Suka Menak, kini bersatu di bawah satu atap.
Suasana pagi itu tidak hanya penuh produktivitas, tapi juga kehangatan keluarga. Tim produksi sibuk menuntaskan 10 ribu pcs, pesanan berbagai macam custom product mulai dari rompi, jaket, celana, hingga tas. Semua bekerja dengan fokus, tapi tetap akrab, seolah bukan rekan kerja — melainkan saudara.
Menurut Kang Ariep, penggagas Rumah Komunitas, penyatuan ini bukan sekadar langkah efisiensi, melainkan bentuk nyata dari rasa syukur dan kehendak Allah SWT. “Kami ingin semua lebih terkordinasi, lebih dekat secara emosional, dan saling memahami antar divisi,” ungkapnya.
Kini, seluruh elemen — dari CEO, kepala produksi, kepala customer service (CS), hingga tim konten — bekerja dalam koordinasi yang rapi namun tetap cair. Tidak ada sekat kaku antara jabatan. Semua saling berbagi ide dan energi positif.
Ruang yang Merdeka untuk Berkarya. Bagi Kang Ariep, Rumah Komunitas bukan sekadar tempat kerja, melainkan ruang belajar dan berkembang bagi siapa pun yang bergabung di dalamnya. Setiap orang diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri melalui karya. “Kami percaya setiap individu punya potensi. Di sini, kami ciptakan ruang yang merdeka — agar ide, kreativitas, dan semangat belajar tumbuh bersama,” katanya.
Dalam setiap pengerjaan produk, tim selalu mengedepankan profesionalitas dan ketelitian. Tapi yang paling membedakan Rumah Komunitas dari konveksi lain adalah “core” atau inti nilainya: humanity dan kebersamaan.
Konsumen Sebagai Keluarga. Salah satu ciri khas Rumah Komunitas adalah bagaimana mereka memperlakukan konsumen layaknya keluarga. Bagi mereka, setiap pesanan bukan sekadar transaksi, tapi kolaborasi.
Tim Costumer Service (CS) membangun komunikasi yang ramah dan terbuka, memberikan ruang kepada konsumen untuk mengekspresikan diri melalui desain dan tulisan mereka sendiri.
“Kami ingin konsumen merasa memiliki produk yang mereka buat. Mereka bebas menentukan desain, logo, bahkan kata-kata yang ingin mereka pakai dengan gratis sablon logo dan tulisan,” ujar Adi Kurniawan sebagai Marketing Public Relations (MPR) dengan senyum.
Hasilnya, setiap produk yang keluar dari Rumah Komunitas bukan sekadar pakaian, tapi cerita tentang identitas dan ekspresi diri.
Kini, di bawah satu atap empat lantai di Taman Cibaduyut Indah, Rumah Komunitas terus berproses. Setiap lantai punya denyut kehidupannya sendiri:
Lantai pertama tempat jarum mesin menari, lantai dua tempat pada costumer service (CS) berinterakasi dengan pelanggan, dan calon konsumen baik secara online, maupun offline. Lantai tiga tempat ide-ide kreatif disusun, ruang konten dan komunikasi, dan lantai keempat tempat semua berkumpul, berbagi tawa, dan bersyukur atas perjalanan panjang yang dilalui bersama.
“Alhamdulillah, sampai hari ini Rumah Komunitas masih berdiri karena semangat kemerdekaan dalam berkarya,” kata Kang Ariep. Rumah Komunitas bukan hanya nama, tapi makna — tempat di mana kerja menjadi ibadah, kreativitas menjadi bahasa, dan kebersamaan menjadi atap yang meneduhkan rasa kebersamaan (Vick/13/11/2025).